Maraknya tindak kekerasan seksual di ibu kota sangat memprihatinkan. Kasus terakhir yang menghebohkan ialah Nr (15), seorang siswi SMK di Jakarta Timur yang diperkosa sekelompok orang secara bergiliran, di mana salah satu dari pelaku dikenal korban dari situs jejaring sosial Facebook. Keduanya baru bertemu sebelum peristiwa memilukan itu terjadi.
Kabag Psikolog Biro SDM Polda Metro Jaya AKBP Arif Nurcahyo menjelaskan, mayoritas korban kekerasan seksual menimpa mereka yang termarjinalkan atau terabaikan di dunia nyata. "Kaum yang termarjinalkan ini sebetulnya membutuhkan seseorang yang menampung dan mendengarkan keluh kesah mereka," ujar pria yang akrab disapa Yoyo, saat dihubungi merdeka.com, Selasa (19/3).
Yoyo mengatakan, ketika mereka yang termarjinalkan di dunia nyata berkomunikasi melalui dunia maya, kemudian disapa oleh seseorang maka dia akan merasa menjadi 'somebody'. "Ketika tidak ada yang menyapa atau memperhitungkan keberadaan mereka di dunia nyata, kemudian saat berkomunikasi lewat dunia maya, dirinya disapa seseorang, maka hal itu akan menjadikannya sebagai 'hero'," tutur Yoyo.
Yoyo menambahkan, peristiwa kekerasan seksual merupakan pekerjaan rumah semua pihak. Jadi, tidak hanya pekerjaan kepolisian saja. "Sebagai antisipasinya dimulai dari komunitas masyarakat yang terkecil dulu, yakni keluarga," ujarnya.
Orang tua, lanjut Yoyo, jangan membiarkan anak mereka terlalu lama berinteraksi melalui dunia maya. "Harus dikontrol," tegas Yoyo. "Karena pada dasarnya dunia maya membuat seseorang mendekatkan yang jauh, namun menjauhkan yang dekat. Ini yang bahaya," tegas Yoyo.
Barulah, setelah itu pengawasan dari lingkungan masyarakat sekitar. "Seperti para guru di sekolah,"ucapnya.
"Karena pada dasarnya para korban kasus seperti ini ialah mereka yang cenderung terabaikan di dunia nyata. Untuk itu perlu kontrol dari sejumlah pihak," imbuhnya.
[cob] | Henny Rachma Sari | merdeka