NEW YORK (voa-islam.com) -
Pencitraan atas kunjungan presiden SBY ke New York awal pekan ini
memudar ketika ia nampak kebingungan dalam sebuah konferensi pers yang
diselenggarakan di markas PBB.
Presiden
Yudhoyono membatalkan resepsi yang diselenggarakan Sekjen PBB Ban
Ki-Moon setelah terjadinya insiden kebingungan SBY pada hari Rabu
(26/9/2012) lalu, meskipun kehadiran Presiden SBY telah dikonfirmasi
oleh para pejabat Indonesia, menurut beberapa delegasi.
Sebaliknya,
Presiden langsung pergi menuju Hotel Millennium Plaza di mana ia
tinggal untuk sementara waktu di kota tempat diselenggarakannya majelis
umum tersebut.
Insiden
itu diawali di sebuah konferensi pers pada hari Rabu yang menampilkan
Presiden Yudhoyono, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana
Menteri Inggris David Cameron di atas podium untuk membahas Panel
Tingkat Tinggi Agenda Pembangunan Pasca-2015, yang mana ketiganya
merupakan pembicara.
Saat
konferensi pers berlangsung, seorang Presiden yang tampaknya kebingungan
tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh seorang reporter radio
Eropa yang berbicara dalam bahasa Inggris.
Ketika
Yudhoyono gagal merespon setelah wartawan tersebut mengulangi
pertanyaannya, salah seorang penerjemah lalu bergegas ke podium
menerjemahkan untuk presiden, sehingga membuat sang penerjemah harus
(berjalan) melewati para penjaga yang mencoba menghalaunya.
Wartawan
tersebut telah meminta Yudhoyono untuk menjelaskan seruannya kepada
dunia internasional untuk memboikot penghujatan, setelah terjadinya
kerusuhan menyusul penyebaran film anti-Islam Innocence of Muslim di internet.
"Ketika
anda membuat pernyataan tentang seruan itu, apakah anda berbicara secara
khusus tentang anti-penghujatan? Bisakah anda menjelaskan sedikit lebih
lanjut tentang itu?" Tanya wartawan.
Yudhoyono,
yang berbicara bahasa dalam Inggris, terdiam, mengangkat alisnya dan
memutar kepalanya nampak jelas mencari seorang penerjemah.
Ketika
pertanyaan itu diulang setelah beberapa saat hening, seorang Yudhoyono
masih tampak membisu memandang ke arah Sirleaf dan Cameron, namun tak
satu pun diantara mereka yang membantu Presiden.
Presiden terselamatkan ketika penerjemah pada akhirnya bergabung dengannya di podium.
Para
pejabat Indonesia lainnya pada saat konferensi pers tersebut mungkin tak
mampu untuk membantu Presiden karena kerumunan wartawan.
Meskipun
direktur jenderal untuk hubungan multilateral Departemen Luar Negeri,
Hasan Kleib, berada di dekat podium, itu adalah penerjemah, yang
tampaknya secara spontan, yang telah berinisatif/bergerak sendiri untuk
membantu Presiden.
Yudhoyono akhirnya menjawab pertanyaan tersebut, meskipun dengan nada kurang senang.
"Saya
pikir pertanyaan anda tidak berhubungan erat dengan pesan panel ini
untuk mempersiapkan kolaborasi global baru dalam memerangi kemiskinan.
Saya telah membuat pernyataan saya dalam pidato yang telah saya
sampaikan sebelum Majelis Umum tentang hal itu. Tapi kita harus belajar
untuk bekerja sama di dunia ini dengan menghormati kepercayaan,
keyakinan dan agama lain" kata Yudhoyono.
Beberapa
wartawan asing pun mencemooh insiden itu ketika meninggalkan konferensi
pers. "Indonesia benar-benar membingungkan," kata salah seorang
reporter membuat tawa rekan-rekannya.
Yudhoyono
mungkin enggan untuk berbicara dalam bahasa Inggris di kemudian
hari/setelah hari itu dalam diskusi dengan miliarder George Soros,
akademisi Singapura Kishore Mahbubani dan moderator Donald K. Emmerson.
Semua
berbicara, kecuali Yudhoyono, yang tampaknya ragu-ragu untuk bergabung
dengan diskusi, ia tertawa hanya jika panelis lain tertawa.
Moderator
mengajukan satu pertanyaan pada Yudhoyono sebelum menyimpulkan diskusi,
yang berhubungan dengan konferensi pers, tapi tentang topik yang
agaknya Presiden telah menguasainya: yakni perannya sebagai pembicara
dari panel Pasca-2015. [Ahmed Widad/tjp]
voa-islam
voa-islam
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...