Jakarta Menlu Marty Natalegawa ditolak masuk ke Ramallah oleh Israel saat hendak mengikuti KTT Gerakan Non Blok. Atas tindakan itu, Marty mengecam keras. Bahkan dia merasa Israel telah semakin menunjukkan kearoganannya.
"Saya kira masalah Ramallah itu sekarang makin terang benderang, siapa Israel itu. Negara yang menduduki Palestina selama puluhan tahun, selama berdekade dia duduki Palestina," kata Marty saat ditemui di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (7/8/2012).
Menurut Marty, Israel sebetulnya bisa menunjukkan sikap konstruktif pada dunia. Namun dengan penolakan kemarin, justru malah semakin memperkeruh suasana. Palestina dibuat seolah-olah dalam kendali negara zionis itu.
"Masyarakat internasional GNB menentang, mengecam sikap Israel ini, dan bahkan kemarin kita sudah antisipasi sikap seperti itu," terangnya.
"Maka sangat kita sesalkan kita kecam, dan kita akan terus bekerja untuk menciptakan momentum berdasarkan episode ini ke arah diterimanya Palestina di PBB," sambungnya.
Pertemuan Gerakan Non Blok (GNB) untuk membahas Palestina dibatalkan setelah Menlu Mary Natalegawa bersama empat menteri luar negeri lainnya ditolak Israel masuk ke Ramallah. Mereka yang ditolak ini merupakan menteri dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
"Sebuah keputusan telah diambil untuk melarang perwakilan diplomatik dari beberapa negara yang tidak mengakui Israel," ujar salah seorang pejabat Israel seperti dilansir AFP, Minggu (5/7/2012).
Pada Minggu hari ini, sedianya di Ramallah Palestina akan diselenggarakan pertemuan Gerakan Non-Blok (GNB) tingkat menteri, namun mendadak dibatalkan. Hal itu disebabkan karena lima menteri luar negeri, salah satunya Marty Natalegawa, ditolak masuk Ramallah. Total 13 menteri sedianya akan mengikuti acara ini.
Pihak Israel mendadak menolak lima menteri yang telah hadir dan tengah menuju Ramallah. Lima menteri itu adalah menteri dari Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Kuba dan Aljazair.
(lh/mad) Detik
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...