* Termasuk Psikolog
BANDA ACEH - Puluhan ibu-ibu di Banda Aceh tertipu hingga ratusan juta rupiah dalam bisnis pengadaan ambal yang ditawarkan DY (39), seorang ibu rumah tangga (IRT) di Banda Aceh. Istri dokter ini dua hari lalu telah dilaporkan korbannya ke Reskrim Mapolda Aceh atas dugaan penipuan.
Informasi tentang tipu-menipu itu beredar di kalangan wartawan, Selasa (12/3), saat puluhan wanita korban penipuan berdemo ke rumah DY di kawasan Banda Aceh, namun ia tak berhasil dijumpai. Pada saat yang sama, sekitar sepuluh ibu lainnya mengadukan kasus penipuan itu ke Mapolda Aceh di kawasan Jeulingke, Banda Aceh.
Kemarin, Serambi memperoleh uraian singkat laporan ini di bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Aceh. Pelapor bernama Nurjannah (43) dan kawan-kawannya, sedangkan terlapor berinisial DY. Dua korban mencatatkan diri sebagai saksi, yakni Yulelfi (39), seorang IRT, dan seorang korban lagi merupakan psikolog di Banda Aceh.
Polisi mencatat bahwa pada 16 Oktober 2012, pelapor dan kawan-kawannya menjalankan bisnis pengadaan ambal ke berbagai kantor yang ditawarkan DY. Nurjannah memberi modal pertama Rp 10 juta hingga akhirnya mencapai Rp 85 juta. Selanjutnya, karena DY tidak menyerahkan keuntungan kepada Nurjannah sesuai dijanjikan, maka perempuan ini mendatangi rumah DY. Ternyata, bisnis ambal tidak ada di rumah itu.
Dihubungi kemarin sore, Nurjannah menyebutkan ia kenal DY dari temannya. Enam atau tujuh tahap uang telah dia serahkan sehingga totalnya Rp 85 juta. Tahap pertama Rp 10 juta pada 16 Oktober 2012. Ketika itu, DY menjanjikan keuntungan kepada Nurjannah Rp 10 juta. “Bulan pertama, kedua, dan ketiga, ia benar memberi uang, seakan-akan keuntungan kepada saya setiap bulan Rp 3 juta. Tapi di bulan keempat dan seterusnya dia tak pernah lagi menyerahkan uang,” ujar Nurjannah.
Menurutnya, meski keuntungan tak lagi diberikan, tapi ia menuruti maunya DY yang meminta tambahan modal agar keuntungan semakin banyak. Bahkan, Nurjannah yang hanya sebagai IRT bersedia menjual sepeda motor dan menggandaikan 12 mayam emasnya untuk menambah modal.
“Setiap kali saya tanam modal, dia berikan kuitansi dan mencatat keuntungan yang akan kami peroleh di kuitansi itu, keuntungan dengan modal yang saya berikan Rp 10-12 juta dijanjikan mencapai 4-6 juta dalam waktu beberapa bulan. Sedangkan modal yang sudah diserahkan Yulelfi mencapai Rp 114 juta dan seorang psikolog Rp 72 juta,” sebutnya.
Nurjannah menyebutkan, modal terakhir yang ia serahkan Rp 10 juta pada Sabtu (2/3). Namun, DY tidak mengembalikan keuntungan sama sekali karena alasan belum cair dari kantor yang memesan ambal. “Ketika kami tanya alamat kantor, ia tidak memberitahukan karena alasan khawatir kami menjalankan bisnis sendiri-sendiri dengan pihak kantor itu,” ujar Nurjannah.
Akhirnya Nurjannah mendatangi rumah DY di Punge Blang Cut, Senin (4/3). “Saya sangat terkejut karena saat itu juga banyak ibu-ibu mempertanyakan hal yang sama. Ibu DY mengakui tak ada bisnis itu dan menjanjikan mengembalikan dana atau menyerahkan jaminan pada 11 Maret 2013,” sebutnya.
Karena itu, kata Nurjannah pada Senin (11/3) dua hari lalu, mereka datang ke rumah tersebut. Tapi pintu rumah terkunci dan DY tak menjumpai mereka. Suaminya yang merupakan dokter di Banda Aceh mengaku istrinya sedang tak di rumah. Aksi ibu-ibu yang berdemo menagih pinjaman di depan rumah mewah tersebut ikut dikawal polisi. Hingga malam tadi, DY ketika dihubungi tidak aktif, melalui pengacaranya juga belum berhasil dikonfirmasi.
aceh.tribun
BANDA ACEH - Puluhan ibu-ibu di Banda Aceh tertipu hingga ratusan juta rupiah dalam bisnis pengadaan ambal yang ditawarkan DY (39), seorang ibu rumah tangga (IRT) di Banda Aceh. Istri dokter ini dua hari lalu telah dilaporkan korbannya ke Reskrim Mapolda Aceh atas dugaan penipuan.
Informasi tentang tipu-menipu itu beredar di kalangan wartawan, Selasa (12/3), saat puluhan wanita korban penipuan berdemo ke rumah DY di kawasan Banda Aceh, namun ia tak berhasil dijumpai. Pada saat yang sama, sekitar sepuluh ibu lainnya mengadukan kasus penipuan itu ke Mapolda Aceh di kawasan Jeulingke, Banda Aceh.
Kemarin, Serambi memperoleh uraian singkat laporan ini di bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Aceh. Pelapor bernama Nurjannah (43) dan kawan-kawannya, sedangkan terlapor berinisial DY. Dua korban mencatatkan diri sebagai saksi, yakni Yulelfi (39), seorang IRT, dan seorang korban lagi merupakan psikolog di Banda Aceh.
Polisi mencatat bahwa pada 16 Oktober 2012, pelapor dan kawan-kawannya menjalankan bisnis pengadaan ambal ke berbagai kantor yang ditawarkan DY. Nurjannah memberi modal pertama Rp 10 juta hingga akhirnya mencapai Rp 85 juta. Selanjutnya, karena DY tidak menyerahkan keuntungan kepada Nurjannah sesuai dijanjikan, maka perempuan ini mendatangi rumah DY. Ternyata, bisnis ambal tidak ada di rumah itu.
Dihubungi kemarin sore, Nurjannah menyebutkan ia kenal DY dari temannya. Enam atau tujuh tahap uang telah dia serahkan sehingga totalnya Rp 85 juta. Tahap pertama Rp 10 juta pada 16 Oktober 2012. Ketika itu, DY menjanjikan keuntungan kepada Nurjannah Rp 10 juta. “Bulan pertama, kedua, dan ketiga, ia benar memberi uang, seakan-akan keuntungan kepada saya setiap bulan Rp 3 juta. Tapi di bulan keempat dan seterusnya dia tak pernah lagi menyerahkan uang,” ujar Nurjannah.
Menurutnya, meski keuntungan tak lagi diberikan, tapi ia menuruti maunya DY yang meminta tambahan modal agar keuntungan semakin banyak. Bahkan, Nurjannah yang hanya sebagai IRT bersedia menjual sepeda motor dan menggandaikan 12 mayam emasnya untuk menambah modal.
“Setiap kali saya tanam modal, dia berikan kuitansi dan mencatat keuntungan yang akan kami peroleh di kuitansi itu, keuntungan dengan modal yang saya berikan Rp 10-12 juta dijanjikan mencapai 4-6 juta dalam waktu beberapa bulan. Sedangkan modal yang sudah diserahkan Yulelfi mencapai Rp 114 juta dan seorang psikolog Rp 72 juta,” sebutnya.
Nurjannah menyebutkan, modal terakhir yang ia serahkan Rp 10 juta pada Sabtu (2/3). Namun, DY tidak mengembalikan keuntungan sama sekali karena alasan belum cair dari kantor yang memesan ambal. “Ketika kami tanya alamat kantor, ia tidak memberitahukan karena alasan khawatir kami menjalankan bisnis sendiri-sendiri dengan pihak kantor itu,” ujar Nurjannah.
Akhirnya Nurjannah mendatangi rumah DY di Punge Blang Cut, Senin (4/3). “Saya sangat terkejut karena saat itu juga banyak ibu-ibu mempertanyakan hal yang sama. Ibu DY mengakui tak ada bisnis itu dan menjanjikan mengembalikan dana atau menyerahkan jaminan pada 11 Maret 2013,” sebutnya.
Karena itu, kata Nurjannah pada Senin (11/3) dua hari lalu, mereka datang ke rumah tersebut. Tapi pintu rumah terkunci dan DY tak menjumpai mereka. Suaminya yang merupakan dokter di Banda Aceh mengaku istrinya sedang tak di rumah. Aksi ibu-ibu yang berdemo menagih pinjaman di depan rumah mewah tersebut ikut dikawal polisi. Hingga malam tadi, DY ketika dihubungi tidak aktif, melalui pengacaranya juga belum berhasil dikonfirmasi.
aceh.tribun
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...