Terkait masih maraknya penolakan ajang Miss World ini dari berbagai kalangan Islam, pihak panitia sejak awal telah memastikan bahwa ajang pamer aurat tidak akan ada.
“Kami anggap penolakan dari Majelis Ulama Indonesia itu sebagai warning bagi kami bahwa Miss World ini harus sesuai dengan kultur budaya keindonesiaan dan keagamaan yang dijunjung tinggi di Indonesia,” ujar Corporate Secretary RCTI, Adjie S Soeratmadjie.
Namun pernyataan panitia tersebut bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Buktinya dari salah satu peserta bernama Adriana dari Guatemala, setiba di bandara, turun dari pesawat ia “berpakaian” tapi telanjang hingga belahan dadanya terbuka lebar. Jelas pernyataan panitia yang menjamin semua peserta akan menjunjung tinggi nilai keagamaan bagi mayoritas Muslim di negeri ini langsung terbantahkan.
Terkait bagaimana perbedaaan cara pandang tentang wanita, Ustadz Iyus Khaerunnas selaku ketua Forum Umat Islam (FUI) Bogor menjelaskan bagaimana bedanya perlakuan terhadap kaum wanita menurut pandangan Islam dan barat.
“Cara menghormati perempuan antara Islam dengan barat itu sangat berbeda. Islam melihat sosok perempuan dengan kemuliaan menutup auratnya, kepatuhan dalam ibadah, keterjagaan dalam bersikap, kelembutan dalam perilaku, ketaatan kepada orangtua dan suami. Kecerdasan sebagai pendamping suami dan kesabaran dalam mendidik putra-putri menjadi generasi Islami. Inilah output pesan-pesan Al-Qur’an dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Muslimah dididik menjadi sosok yang tertutup karena keterpeliharaannya dan terbuka karena kecerdasannya,” papar Ustadz Iyus kepada Suara Islam Online.
“Sedangkan dalam pandangan barat, mereka memandang perempuan dengan pandangan terbuka. Hingga terbuka segala-galanya, pakaiannya, dan auratnya dilihat sebagai simbol keindahan. Padahal inilah simbol kebinatangan. Lenggak-lenggok berjalan seperti punuk unta (kata Nabi), dengan sepatu berhak tinggi adalah simbol wanita profesional katanya, padahal simbol keterjajahan. Ideologi kapitalisme telah menjerat perempuan sebagai mahkluk cantik yang dipertontonkan, padahal sungguh (secara tidak sadar) itu adalah simbol penghinaan,” tambahnya.
“Maka Miss World sesungguhnya simbol dari penjajahan budaya dan penghinaan terhadap kaum hawa yang digerakkan ideologi liberal,” tegas Ustadz Iyus.
Jika baru tiba di bandara saja peserta Miss World sudah berani telanjang dan menghina kultur keagamaan negeri ini, apa jaminannya hingga akhir bulan September ini selama di Indonesia ratusan peserta ajang maksiat tersebut akan menampilkan yang lebih berani dari itu. (Suara Islam Online)