Beirut-: Hamas menyatakan, pembantaian Shabra dan Shatila (yang terjadi 31 tahun lalu) merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan aib di wajah mereka yang terlibat di dalamnya, sementara darah para syuhada akan terus menjadi api yang akan membakar pihak yang terlibat, kejahatan ini tidak akan gugur dengan berlalunya waktu, dan para pelakunya akan mendapatkan hukum qishas dan akan diseret sebagai penjahat perang.
Hamas menuntut adanya strategi perjuangan yang menjadikan perlawanan sebagai metode untuk mengembalikan hak dan membela konstitusi, sebagai cara terbaik menghadapi kejahatan penjajah, dan setia terhadap para syuhada, pengorbanan para tawanan dan penderitaan rakyat Palestina.
Hamas menegaskan pentingnya menghentikan perundingan dengan penjajah zionis, dan menghentikan kerjasama keamanan dengan zionis, yang hanya dimanfaatkan penjajah untuk melakukan perang dan kejahatan serta blockade terhadap Palestina, dan melakukan pembantaian rakyat Palestina.
Memperingati 31 tahun peristiwa pembantaian Shabra dan Shatila yang terjadi pada September 1982. Penjajah zionis dan agen-agennya melakukan pembantaian keji terhadap warga sipil Palestina di kamp Shabra dan Shatila, yang menewaskan sekitar 5000 orang gugur, termasuk para wanita, anak-anak dengan beragam jenis senjata.
Hamas menyerukan kepada Liga Arab dan OKI untuk turut bertanggungjawab melindungi kehidupan para pengungsi Palestina di sejumlah negara Arab, mereka adalah para tamu yang akan kembali ke negara asal mereka di Palestina.
Hamas
juga menyerukan kepada HAM internasional untuk menyeret para pelaku
pembantaian ke pengadilan pidana internasional dan menjadikan mereka
sebagai penjahat perang. (qm)infopalestina