Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Peduli Pendidikan Aceh (GMPPA) berunjuk rasa di depan Kantor Dinas Pendidikan Aceh, Banda Aceh, Selasa (3/6). SERAMBI/BUDI FATRIA |
Demo yang dilakukan sekitar pukul 10.00 WIB itu, mahasiswa mulai melancarkan aksinya di Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh, di Jalan Tgk Daud Beureueh. Kehadiran pendemo di sana, disambut langsung oleh Kadisdik Aceh, Drs Anas M Adam MPd.
Menyikapi desakan agar dirinya dicopot dari jabatan Kadisdik, Anas mengatakan semuanya tergantung pada Gubernur Aceh, bila memang dirinya dinilai sudah tidak layak lagi menduduki jabatan tersebut. Terkait tudingan mahasiswa yang menyebutkan prestasi pendidikan di Aceh semakin merosot, menurut Anas tidak seluruhnya dapat dibenarkan. Pasalnya tingkat kelulusan di Aceh tahun ini meningkat, dibandingkan tahun 2013 lalu. Pun demikian, Kadisdik itu tidak menapik kenyataan kalau tingkat kelulusan tahun 2014 sebanyak 785 orang di Aceh jauh tertinggal.
Juru bicara aksi Ridwan, mengatakan, selama Kadisdik yang baru, prestasi pendidikan semakin merosot dengan berada di urutan terbawah pada tingkat nasional. “Penyelenggara pendidikan hanya bangga dengan perkotaan, tapi tidak pernah melihat daerah terpencil yang justru mengalami penurunan drastis,” ungkap Ridwan.
Belum lagi tuding Disdik Aceh membeda-bedakan segi perhatian dan kelayakan fasilitas sekolah seperti yang diamanahkan Kurikulum 2013.
Koordinator aksi, Satria Rizki menambahkan anggaran banyak ternyata menjadi jaminan pendidikan di Aceh lebih baik. Justru, tudingnya tidak terutup indikasi anggaran besar tersebut digelapkan. Belum lagi permasalahan belum adanya pemerataan guru di pedalaman yang masih kurang dibanding perkotaan yang berlebihan. “Sekelumit masalah lain pendidikan di Aceh, seperti mudahnya transaksi jual beli soal dan jawaban UN, tradisi ujian paket C hingga merambah hancurnya moral generasi Aceh,” ujarnya.
GMPPA yang tergabung dari HMI FKIP dan HMI Fakultas Ekonomi Unsyiah serta Himas dan Himabio FKIP Unsyiah, mendesak agar pembangunan infrastruktur pendidikan di wilayah terpencil Aceh diutamakan. Unjuk rasa yang turut didukung oleh Esa dan HIMA BKS serta Himadikwara FKIP Unsyiah itu, juga meminta Pemerintah Aceh mengaudit dana pendidikan yang melimpah, bila dibandingkan dengan prestasi yang dicapai. Lalu, mahasiswa itu meminta disosialisasikan kembali jalannya penerapan kurikulum 2013 di Aceh pada guru-guru dan siswa di daerah terpencil dengan meingkatkan SDM-nya. “Pemerintah Zikir juga harus memenuhi janji politiknya saat kampanye dulu serta GMPPA meminta pemerintah mengevaluasi kinerja pejabat di Disdik Aceh dan kabupaten demi pendidikan Aceh yang lebih baik,” pungkas Satria.
Kurang 30 menit massa itu menyampaikan aspirasnya di Bundaran Simpang Lima, akhirnya belasan mahasiswa itupun membubarkan diri dengan dikawal aparat kepolisian. (mir)tribunnews