Jamiri Abubakar alias Abu Haidar (24) Warga Desa Kesehatan, Kecamatan Karang pelajar yang tewas di yaman.
* Jenazah Korban Dikebumikan di Sa’da
KUALA SIMPANG – Perang antara Pemerintah Yaman dengan kelompok militan di negara itu telah merenggut korban nyawa dua warga negara Indonesia, di mana salah satunya adalah Jamiri Abdullah alias Abu Haidar (24) asal Aceh yang sedang menuntut ilmu di Pasantren Darul Hadits di Sa’dah, Yaman (semacam pesantren salafi di Aceh). Korban yang tercatat sebagai penduduk Desa Kesehatan, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang tewas terkena gempuran roket.
Suratman (71), orang tua korban kepada Serambi, Rabu (30/11) mengatakan, Jamiri merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Dia menamatkan SD di Desa Kesehatan, SMPN Karang Baru, dan SMAN 1 Karang Baru.
Setamat SMA pada 2004, Jamiri melanjutkan pendidikan agama di Pesantren Lampeuneurut, Aceh Besar. Saat bencana tsunami, Jamiri menjadi relawan kemanusiaan di Banda Aceh. “Anak saya berangkat untuk menuntut ilmu di Yaman pada tahun 2008,” ujar Suratman menyiratkan kesedihan.
Menurut Suratman, pada Idul Adha 1432 H, anaknya sempat menelepon dan mengabarkan kalau dia sehat-sehat saja. Jamiri juga melaporkan, kerusuhan di Yaman jauh dari pesantren tempat ia menimba ilmu. “Jamiri berencana kembali ke kampung pada tahun 2012 karena sudah selesai pendidikan,” kata sang ayah.
Jual tanah
Suratman menyebutkan, karena begitu besar cita-cita Jamiri untuk menuntut ilmu agama di Yaman, Suratman menjual sebidang tanah untuk biaya keberangkatan anaknya. “Biaya keberangkatannya lebih Rp 20 juta. Ongkos saja Rp 17 juta lebih,” kata Suratman.
Suratman juga menceritakan, anaknya termasuk tipe pekerja ulet dan hobi berkebun. “Kami sangat terpukul dengan musibah ini namun keluarga berusaha tetap kuat menerimanya. Sejak Rabu malam kami melaksanakan tahlilan di rumah,” ujar Suratman.
Dikebumikan
Laporan terbaru yang diterima Serambi menyebutkan, jenazah Jamiri Abdullah dikebumikan Minggu (27/11) di Provinsi Sa’da, berjarak lebih kurang 242 km dari Sana’a, ibu kota Yaman.
“Atas izin keluarga, jenazahnya dikuburkan di Provinsi Sa’ada,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Michael Tene menjawab Serambi di Jakarta, Rabu (30/11).
Menurut Michael Tene, ada dua korban meninggal dunia, salah satunya warga Aceh. Keduanya terpaksa dikebumikan di daerah tersebut karena tidak memungkinkan membawa jenazah keluar dari sana, karena buruknya situasi keamanan.
Michael Tene, dengan alasan kemanusiaan, tidak bersedia menyebut nama korban, tetapi hanya menyebut salah seorangnya warga asal Kuala Simpang yang menuntut ilmu di perguruan Darul Hadist Dammaj. Korban meninggal akibat terkena serangan senjata berat dan roket oleh kabilah Al-Haouthi ke kompleks perguruan Darul Hadist Dammaj. “Ada dua yang meninggal. Satu dari Kuala Simpang (Aceh) dan satu lagi dari Medan. Sedangkan yang luka-luka juga dari Medan dan Ambon. Serangan itu terjadi Sabtu (25/11),” katanya.(md/fik)
KUALA SIMPANG – Perang antara Pemerintah Yaman dengan kelompok militan di negara itu telah merenggut korban nyawa dua warga negara Indonesia, di mana salah satunya adalah Jamiri Abdullah alias Abu Haidar (24) asal Aceh yang sedang menuntut ilmu di Pasantren Darul Hadits di Sa’dah, Yaman (semacam pesantren salafi di Aceh). Korban yang tercatat sebagai penduduk Desa Kesehatan, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang tewas terkena gempuran roket.
Suratman (71), orang tua korban kepada Serambi, Rabu (30/11) mengatakan, Jamiri merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Dia menamatkan SD di Desa Kesehatan, SMPN Karang Baru, dan SMAN 1 Karang Baru.
Setamat SMA pada 2004, Jamiri melanjutkan pendidikan agama di Pesantren Lampeuneurut, Aceh Besar. Saat bencana tsunami, Jamiri menjadi relawan kemanusiaan di Banda Aceh. “Anak saya berangkat untuk menuntut ilmu di Yaman pada tahun 2008,” ujar Suratman menyiratkan kesedihan.
Menurut Suratman, pada Idul Adha 1432 H, anaknya sempat menelepon dan mengabarkan kalau dia sehat-sehat saja. Jamiri juga melaporkan, kerusuhan di Yaman jauh dari pesantren tempat ia menimba ilmu. “Jamiri berencana kembali ke kampung pada tahun 2012 karena sudah selesai pendidikan,” kata sang ayah.
Jual tanah
Suratman menyebutkan, karena begitu besar cita-cita Jamiri untuk menuntut ilmu agama di Yaman, Suratman menjual sebidang tanah untuk biaya keberangkatan anaknya. “Biaya keberangkatannya lebih Rp 20 juta. Ongkos saja Rp 17 juta lebih,” kata Suratman.
Suratman juga menceritakan, anaknya termasuk tipe pekerja ulet dan hobi berkebun. “Kami sangat terpukul dengan musibah ini namun keluarga berusaha tetap kuat menerimanya. Sejak Rabu malam kami melaksanakan tahlilan di rumah,” ujar Suratman.
Dikebumikan
Laporan terbaru yang diterima Serambi menyebutkan, jenazah Jamiri Abdullah dikebumikan Minggu (27/11) di Provinsi Sa’da, berjarak lebih kurang 242 km dari Sana’a, ibu kota Yaman.
“Atas izin keluarga, jenazahnya dikuburkan di Provinsi Sa’ada,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Michael Tene menjawab Serambi di Jakarta, Rabu (30/11).
Menurut Michael Tene, ada dua korban meninggal dunia, salah satunya warga Aceh. Keduanya terpaksa dikebumikan di daerah tersebut karena tidak memungkinkan membawa jenazah keluar dari sana, karena buruknya situasi keamanan.
Michael Tene, dengan alasan kemanusiaan, tidak bersedia menyebut nama korban, tetapi hanya menyebut salah seorangnya warga asal Kuala Simpang yang menuntut ilmu di perguruan Darul Hadist Dammaj. Korban meninggal akibat terkena serangan senjata berat dan roket oleh kabilah Al-Haouthi ke kompleks perguruan Darul Hadist Dammaj. “Ada dua yang meninggal. Satu dari Kuala Simpang (Aceh) dan satu lagi dari Medan. Sedangkan yang luka-luka juga dari Medan dan Ambon. Serangan itu terjadi Sabtu (25/11),” katanya.(md/fik)
Editor : bakri
by:aceh.tribunnews
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...