Raja Abdullah dari Arab Saudi telah mengundang Presiden Mursi untuk mengunjungi Arab Saudi dan memperkuat hubungan antara kedua negara didalam segala bidang. Hal ini diungkapkan oleh Duta Besar Arab Saudi Amed Qattan.
Ini merupakan undangan resmi pertama dari Arab Saudi atas tokoh Ikhwanul Muslimin sejak beberapa dekade. Sebagaimana kita tahu bahwa sejak peristiwa pemberontakan Mekkah yang dilakukan oleh Juhaiman, pada tahun 1979. Membuat hubungan antara Arab Saudi dan Ikhwanul Muslimin menjadi renggang.
Pada kenyataannya, Juhaiman adalah salah satu murid terbaik dari Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz , seorang ulama terkemuka di Arab Saudi dan merupakan salah satu kepala departemen untuk menafsirkan Al Quran dan membuat berbagai fatwa di Pemerintahan Arab Saudi.
Ketika Arab Saudi membuat propaganda bahwa gerakan Juhaiman itu adalah gerakan khawarij, sebagai seorang guru yang mengetahui watak muridnya, Syaikh bin Baz menentang propaganda tersebut dan menyatakan bahwa Juhaiman bukan khawarij.
Dan saat ini Arab Saudi mau tidak mau harus mengakui kepemimpinan Mohammed Mursi yang juga seorang tokoh senior Ikhwanul Muslimin.
Krisis diplomatik kedua negara juga memberikan beberapa ketegangan antara Mesir dan Arab Saudi, hingga peristiwa penarikan duta besar Arab Saudi selama beberapa hari, lantaran diprotes demonstran Mesir menuntut untuk pembebasan seorang pengacara aktivis hak asasi yang ditahan oleh kerajaan Saudi.
Beberapa pejabat Saudi juga diyakini telah mendukung mantan saingan Morsy dalam pemilihan presiden lalu. Yang harapannya agar Arab Saudi bisa lebih dekat hubungan dengan Mesir pasca penggulingan Hosni Mubarak.
Saat ini Arab Saudi menawarkan $ 1 Miliar dari Bank Central Mesir setelah hasil pemilu diumumkan dan $ 500 juta untuk bantuan ekonomi secara umum. Kerajaan Arab Saudi juga mengalokasikan $ 250 juta untuk ekspor gas alam ke Mesir, sebagaimana informasi dari Dubes Arab Saudi sendiri Ahmed Qattan.
UEA juga tertarik untuk menjalin hubungan dengan Mesir, hal ini sebagaimana pernyataan pejabat UEA Syaikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan "Kami tertarik untuk memperkuat hubungan-hubungan secara historis dan menjalin persaudaraan selama periode yang datang secara politik dan ekonomi." katanya.
Pada kenyataannya, banyak kepala negara di Timur Tengah yang takut Ikhwanul Muslimin "mengekspor revolusi" pada negara mereka masing-masing. Hingga sebuah pernyataan Presiden Morsi yang menyakan bahwa ia tidak akan mengekspor revolusi di Timur Tengah sebagiamana yang terjadi di Mesir untuk menggulingkan kekuasaan pemerintahan. Hal ini yang membuat kepala negara di beberapa negara Timur Tengah menjadi lebih tenang.
suaranews
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...