HARI ini, Senin 16 Desember 2013, Malik Mahmud Al Haytar resmi dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe
IX pada Rapat Paripurna Istimewa DPRA dan menjadi pengukuhan wali yang
pertama dalam sejarah Aceh abad modern saat ini. Lalu, seperti apa
sesungguhnya pengukuhan Wali Nanggroe zaman dulu dalam sistem Kerajaan Aceh?
Malik Mahmud Al Haytar sendiri sempat mengisyaratkan bahwa sistem pemerintahan Aceh tidak jauh dengan Malaysia. Para pentolan GAM selama ini juga lebih merasa dekat dengan tatacara Malaysia bernegara.
Malaysia, negara terdekat Aceh yang berbentuk kerajaan, telah 14 kali melakukan pengukuhan raja sebagai Yang Dipertuan Agong. Dalam adat pengukuhan atau istiadat pertabalan raja Malaysia, setidaknya ada beberapa tahap dijalani para raja saat pengukuhan di Istana Baru, di Kuala Lumpur.
Para sultan atau raja-raja dari negara bagian, tiba lebih awal memasuki Balairong Seri sebelum upacara dimulai. Mereka duduk berjajar di kursi bagian depan sebelah kanan. Hormat Diraja dilakukan saat Sri Paduka Yang Dipertuang Agong, yakni raja yang akan dilantik tiba di Balairong Seri. Raja datang disertai para panglima atau menteri dan juru iring yang membawa alat-alat kebesaran kerajaan Malaysia termasuk tombak perlambang 11 negara bagian.
Saat raja masuk menaiki singgasana, serune ditiup diiringi tetabuhan khas. Ketika raja sudah duduk di singgasana, serune dan tetabuhan berhenti.
Penobatan ditandai dengan 21 kali tembakan senjata jenis salvo disertai iringan doa dari masyarakat Malaysia. Raja yang dilantik mengenakan tanda-tanda kebesaran kerajaan berwarna hitam dan kuning. Raja diberi Alquran dan keris panjang kerajaan-simbol kekuasaan dan otoritas-yang dihunus dan diciumnya.
Pemakluman raja baru atau perisytiharan dilakukan oleh Perdana Menteri yang menjabat. Raja kemudian mengambil sumpah jabatan untuk memerintah Malaysia dengan secara adil, menjunjung tinggi agama Islam, serta memastikan pemerintahan yang berkeadilan.
Setiap rangkain atau tahapan acara pengukuhan, Datok Paduka Maharajalela yang akan memimpin berlangsungnya acara pengukuhan senantiasa pengucapkan kata “Ampun Tuanku!”.
Setelah raja membacakan janji, kemudian Datok Maharajalela serentak mengucapkan “Daulat Tuanku... Daulat Tuanku...Daulat Tuanku!” diikuti para hadirin.
Setelah itu, Perdana Menteri menyampaikan tahniah, ucapan selamat dan mewakil rakyat untuk taat setia kepada raja. Pujian kepada raja disampaikan pada ucapan tahniah tersebut.
Prosesi terakhir dari rangkaian pengukuhan raja Malaysia, adalah pembacaan titah raja, semacam sambutan dari raja. Di akhir acara, pegawai agama kerajaan membacakan doa. Setelah itu, raja meninggalkan Balairong Seri.
Setelah penobatan, raja menginspeksi pasukan pengawal kehormatan yang terdiri dari 100 pasukan dari Batalyon I Resimen Kerajaan Malaysia di lapangan parlemen Kuala Lumpur.
Di Malaysia, gelar raja tak diturunkan langsung melalui garis keturunan. Gelar itu dipilih dari sejumlah sultan dari negara bagian yang akan dirotasi setiap lima tahun.
tribunnews
Malik Mahmud Al Haytar sendiri sempat mengisyaratkan bahwa sistem pemerintahan Aceh tidak jauh dengan Malaysia. Para pentolan GAM selama ini juga lebih merasa dekat dengan tatacara Malaysia bernegara.
Malaysia, negara terdekat Aceh yang berbentuk kerajaan, telah 14 kali melakukan pengukuhan raja sebagai Yang Dipertuan Agong. Dalam adat pengukuhan atau istiadat pertabalan raja Malaysia, setidaknya ada beberapa tahap dijalani para raja saat pengukuhan di Istana Baru, di Kuala Lumpur.
Para sultan atau raja-raja dari negara bagian, tiba lebih awal memasuki Balairong Seri sebelum upacara dimulai. Mereka duduk berjajar di kursi bagian depan sebelah kanan. Hormat Diraja dilakukan saat Sri Paduka Yang Dipertuang Agong, yakni raja yang akan dilantik tiba di Balairong Seri. Raja datang disertai para panglima atau menteri dan juru iring yang membawa alat-alat kebesaran kerajaan Malaysia termasuk tombak perlambang 11 negara bagian.
Saat raja masuk menaiki singgasana, serune ditiup diiringi tetabuhan khas. Ketika raja sudah duduk di singgasana, serune dan tetabuhan berhenti.
Penobatan ditandai dengan 21 kali tembakan senjata jenis salvo disertai iringan doa dari masyarakat Malaysia. Raja yang dilantik mengenakan tanda-tanda kebesaran kerajaan berwarna hitam dan kuning. Raja diberi Alquran dan keris panjang kerajaan-simbol kekuasaan dan otoritas-yang dihunus dan diciumnya.
Pemakluman raja baru atau perisytiharan dilakukan oleh Perdana Menteri yang menjabat. Raja kemudian mengambil sumpah jabatan untuk memerintah Malaysia dengan secara adil, menjunjung tinggi agama Islam, serta memastikan pemerintahan yang berkeadilan.
Setiap rangkain atau tahapan acara pengukuhan, Datok Paduka Maharajalela yang akan memimpin berlangsungnya acara pengukuhan senantiasa pengucapkan kata “Ampun Tuanku!”.
Setelah raja membacakan janji, kemudian Datok Maharajalela serentak mengucapkan “Daulat Tuanku... Daulat Tuanku...Daulat Tuanku!” diikuti para hadirin.
Setelah itu, Perdana Menteri menyampaikan tahniah, ucapan selamat dan mewakil rakyat untuk taat setia kepada raja. Pujian kepada raja disampaikan pada ucapan tahniah tersebut.
Prosesi terakhir dari rangkaian pengukuhan raja Malaysia, adalah pembacaan titah raja, semacam sambutan dari raja. Di akhir acara, pegawai agama kerajaan membacakan doa. Setelah itu, raja meninggalkan Balairong Seri.
Setelah penobatan, raja menginspeksi pasukan pengawal kehormatan yang terdiri dari 100 pasukan dari Batalyon I Resimen Kerajaan Malaysia di lapangan parlemen Kuala Lumpur.
Di Malaysia, gelar raja tak diturunkan langsung melalui garis keturunan. Gelar itu dipilih dari sejumlah sultan dari negara bagian yang akan dirotasi setiap lima tahun.
tribunnews