MALIK Mahmud Al Haytar yang dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe
IX menyatakan dirinya selalu terbuka untuk semua rakyat Aceh. “Bagi
Saya, insya Allah, saya terbuka bagi seluruh rakyat Aceh. Kita mendengar
pendapat mereka dan mudah-mudahan mereka juga mendengar pendapat kita,
sehingga bisa timbul satu titik persamaan,” ujarnya dalam wawancara
dengan Serambi di kediamannya di Banda Aceh, Minggu (15/12).
Hingga kemarin atau sehari menjelang pengukuhan, kediaman Malik Mahmud masih terus kedatangan tamu, satu di antaranya yang tiba sore kemarin adalah Tgk Amir Mahmud yakni kakak kandung Malik Mahmud. Pria yang sudah renta ini bertolak dari Singapura. Sementara itu, sejumlah anggota keluarga Malik Mahmud, termasuk beberapa anaknya belum terlihat, kecuali para pembantu dan Juru Bicara Partai Aceh Fachrurrazi yang turut mendampinginya.
Menurut Malik Mahmud, Lembaga WN diharapkan akan menjadi simpul pemersatu rakyat melalui adat dan budaya yang pernah menjadi kekuatan besar pada masa kepemimpinan kesultanan Aceh. Bila pun ada suara yang tidak setuju dengan pengukuhan itu, ia dapat memakluminya.
“Kita (ingin) rangkul juga mereka. Mungkin pada waktu ini mereka kurang mengerti. Maklumlah tidak semua orang tahu apa yang kita lakukan dan apa maksudnya dan kemungkinan juga di antara mereka tidak ada komunikasi. Bagi saya insya Allah saya terbuka,” ujar Meuntroe Malik.
Menurutnya, pascaperdamaian perkembangan politik masyarakat Aceh sudah cukup bagus. Menurutnya, orang Aceh, anak muda, orang perempuan, dan orang tua di kampung-kampung sekarang sudah sadar politik. “Bahwa ini penting buat kehidudpan mereka. Ini sebuah hal yang perlu digalakkan dan ini adalah demokrasi yang berjalan di Aceh,” ujarnya.
Dia sebutkan, atas berbagai perkembangan dan pemikiran politik yang berbeda diharapkan jangan sampai mengarahkan Aceh pada perpecahan.
“Jangan ada perpecahan di antara kita. Kita mesti curahkan segala pikiran, tenaga, dan usaha menjaga perdamaian Aceh yang abadi dan membangun ekonomi Aceh yang mensejahterakan rakyat,” ujarnya.
Keberadaan Lembaga Wali Nanggroe, kata Malik akan menjadi satu perekat di antara simpul-simpul adat dan budaya Aceh. Melalui lembaga WN rakyat Aceh semakin sadar membangun budaya dan adat yang pernah jaya di masa lalu.
Malik mengaku sangat terharu menanti momen bersejarah dirinya dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe Aceh IX. “Bagi saya ini satu kewajiban, tugas dalam perjuangan dan juga tugas untuk mengabdi buat rakyat Aceh, mulai saat ini sampai masa depan kelak,” demikian Malik Mahmud.
Hingga kemarin atau sehari menjelang pengukuhan, kediaman Malik Mahmud masih terus kedatangan tamu, satu di antaranya yang tiba sore kemarin adalah Tgk Amir Mahmud yakni kakak kandung Malik Mahmud. Pria yang sudah renta ini bertolak dari Singapura. Sementara itu, sejumlah anggota keluarga Malik Mahmud, termasuk beberapa anaknya belum terlihat, kecuali para pembantu dan Juru Bicara Partai Aceh Fachrurrazi yang turut mendampinginya.
Menurut Malik Mahmud, Lembaga WN diharapkan akan menjadi simpul pemersatu rakyat melalui adat dan budaya yang pernah menjadi kekuatan besar pada masa kepemimpinan kesultanan Aceh. Bila pun ada suara yang tidak setuju dengan pengukuhan itu, ia dapat memakluminya.
“Kita (ingin) rangkul juga mereka. Mungkin pada waktu ini mereka kurang mengerti. Maklumlah tidak semua orang tahu apa yang kita lakukan dan apa maksudnya dan kemungkinan juga di antara mereka tidak ada komunikasi. Bagi saya insya Allah saya terbuka,” ujar Meuntroe Malik.
Menurutnya, pascaperdamaian perkembangan politik masyarakat Aceh sudah cukup bagus. Menurutnya, orang Aceh, anak muda, orang perempuan, dan orang tua di kampung-kampung sekarang sudah sadar politik. “Bahwa ini penting buat kehidudpan mereka. Ini sebuah hal yang perlu digalakkan dan ini adalah demokrasi yang berjalan di Aceh,” ujarnya.
Dia sebutkan, atas berbagai perkembangan dan pemikiran politik yang berbeda diharapkan jangan sampai mengarahkan Aceh pada perpecahan.
“Jangan ada perpecahan di antara kita. Kita mesti curahkan segala pikiran, tenaga, dan usaha menjaga perdamaian Aceh yang abadi dan membangun ekonomi Aceh yang mensejahterakan rakyat,” ujarnya.
Keberadaan Lembaga Wali Nanggroe, kata Malik akan menjadi satu perekat di antara simpul-simpul adat dan budaya Aceh. Melalui lembaga WN rakyat Aceh semakin sadar membangun budaya dan adat yang pernah jaya di masa lalu.
Malik mengaku sangat terharu menanti momen bersejarah dirinya dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe Aceh IX. “Bagi saya ini satu kewajiban, tugas dalam perjuangan dan juga tugas untuk mengabdi buat rakyat Aceh, mulai saat ini sampai masa depan kelak,” demikian Malik Mahmud.