Hebron – PIP: Lebih dari satu terminal di kota Hebron
kendaraan harus berhenti setelah serdadu Zionis menetapkan jalur dan
jalan yang harus dilalui. Sampai-sampai gerbang-gerbang daerah,
kota-kota dan kamp-kamp sekitarnya berubah menjadi gerbang-gerbang baru
seakan menjadi sebuah penjara yang menyebar di mana-mana, mengepung
rumah-rumah, anak-anak, kaum wanita, kaum lelaki dan pasar-pasar.
Begitulah keadaan di kota Hebron, di mana sekitar 750 jiwa yang menghuni
di dalamnya mengalami penderitaan yang dimanfaatkan untuk memberikan
keamanan ratusan para pemukim pendatang Zionis.
Pembunuhan dan Pengejaran
Pos-pos perlintasan militer Zionis secara umum menjadi lokasi
untuk membunuh warga Palestina, menangkap dan meneror mereka. Di Tepi
Barat saat ini tersebar lebih dari 350 pos perlintasan militer tetap dan
bergerak. Itu menggambarkan kehidupan yang menyakitkan di sana.
Seorang warga, Khalil Umar, kepada koresponden Pusat Informasi
Palestina, mengatakan, “Saya tinggal di daerah al Fawar di selatan
propinsi. Ketika saya pergi ke tempat kerja saja di Hebron, maka saya
terpaksa pergi ke Duro kemudian ke Hebron. Karena pos militer Harayiq
memotong jalan antara al Fawar dan Hebron. Serdadu Zionis sering
melakukan tindakan-tindakan pelecehan terhadap saya dan keluarga saya.
Hal ini membuat jarak sangat jauh dan menambah biaya berkali lipat.”
Umar menambahkan, pos tersebut sebagaimana pos militer lainnya
menjadi tempat pembunuhan yang tidak diketahui kapan serdadu Zionis
menembakkan senjatakan ke arah Anda. Dan serdadu Zionis selalu
menganggap benar dalam pandangannya dan pandangan pemerintah terorisnya.
Sementara itu pakar urusan permukiman Yahudi Abdul Hadi,
kepada koresponden Pusat Informasi Palestina, mengatakan, “Penjajah
Zionis membunuh dan melukai puluhan orang di pos-pos perlintasan
militer. Sebagian mereka meninggal di daerah Ramadhin dalam pengejaran
para pekerja dan dekat pos militer yang menghubungkan antara kota Hebron
dan Ramallah dekat Wadi Nar. Di samping tindakan penelanjangan terhadap
warga dengan alasan pemeriksaan, penahanan selama berjam-jam, sebagian
dimasukan ke tahanan terutama di Kota Tua di Hebron. Mereka menarget
anak-anak dan menangkapnya dengan dalih berusaha melukai serdadu Zionis
di pos militer.”
Abdul Hadi mengingatkan bahwa penjajah Zionis meningkatkan
pembunuhan di pos-pos militer dan mendirikan lebih banyak lagi pos baik
yang permanen maupun tidak permanen atau didirikan secara tiba-tiba
terutama di Hebron dan dekat Masjid Ibrahimi. Terakhir adalah pembunuhan
tiga pemuda Palestina dengan dalih tidak berhenti di pos militer dekat
Ze’ev di Yata, selatan Hebron.
Tujuan Pos-pos Militer
Warga Palestina dan para pengamat berpendapat bahwa pos-pos
perlintasan militer yang didirikan Zionis di Tepi Barat bertujuan untuk
merendahkan warga di samping untuk perluasan permukiman Yahudi dan
menekan warga Palestina.
Aktivis Palestina Muhammad Awad dari Beit Amr, kepada
koreponden Pusat Informasi Palestina, mengatakan, “Penjajah Zionis
mendirikan pos-pos militer dan mengambil area luas di sekitarnya dengan
dallih keamanan. Kemudian setelah itu di sana didirikan koloni
permukiman yang semakin lama meluas dan terhubung dengan
permukiman-permukiman Yahudi terdekat. Itu menjadi gerbang perampasan
tanah terdekat dari permukiman-permukiman Yahudi menilik adanya pos-pos
militer tersebut seperti Ghous Etzion, Karami Tzur di utara dan selatan
Beit Amr.
Hebron tercekik oleh puluhan pos militer yang merubah
sekitarnya menjadi zona militer tertutup sebagaimana di persimpangan
desa al Majd dan Beit Awa di barat, dekat Qaumiya dan Idzna yang
berdampingan dengan Halhul di utara, dan kamp pengungsi Arab dan wilayah
yang berdekatan dengannya. Di samping kontrol militer sangat besar di
dalam Kota Tua di kota Hebron. (asw)infopalestina