seorang ibu sedang menangis di atas reruntuhan rumahnya di Gaza - |
GAZA (Arrahmah.com) – Di tengah bom, darah dan kematian, warga Gaza telah mengamati hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan 1435 H dengan shalat di reruntuhan, di masjid yang roboh, bahkan di dalam gereja Kristen, menunggu sebuah Idul Fitri bersama para syuhada, sebagaimana dilaporkan onislam.net, Sabtu (26/7/2014). -
anak-anak Gaza sholat di reruntuhan rumah mereka |
“Mereka mengijinkan kami shalat [di gerejanya]. Ini mengubah pandangan saya terhadap orang Kristen – Saya benar-benar tidak tahu sebelumnya, tetapi mereka sudah menjadi saudara kami [sekarang], “warga Gaza Mahmud Khalaf (27), yang mengaku ia tidak pernah berharap untuk melakukan sholat malam dalam gereja, kepada Agence France Presse (AFP) pada Sabtu (26/7).
“Kami (Muslim) berdoa bersama-sama tadi malam,” katanya. “Di sini (Gaza), cinta (toleransi) antara Muslim dan Kristen telah tumbuh.”
pengungsi shalat tarawih di gereja Gaza |
Oleh sebagian besar penduduk saat ini – pengungsi warga Gaza- telah dijadikan tempat tinggal mereka selama hampir dua minggu,” ujarnya. Khalaf, yang meninggalkan rumahnya di Shaaf, setelah daerah ini menjadi target oleh pesawat tempur “Israel”. Ia telah menemukan tempat perlindungan bersama sekitar 500 pengungsi Muslim lainnya. “Orang-orang Kristen membawa kami.
Kami berterima kasih kepada mereka untuk itu, untuk berdiri di samping kita,” katanya. “Orang-orang Kristen tidak berpuasa tentu saja, tapi mereka sengaja menghindari makan di depan kami pada siang hari. Mereka tidak merokok atau minum di sekitar kita,” kata Khalaf. Namun, kematian setiap hari akibat pemboman “Israel” telah membuat sulit baginya untuk berkonsentrasi pada ibadah ritualnya.
Selama konflik berdarah dan tanpa pandang bulu yang telah menewaskan lebih dari 900 warga Palestina, sebagian besar warga sipil. Idul Fitri bersama para Syuhada Mengharapkan Ahad nanti (28) menjadi hari terakhir dari bulan suci Ramadhan, di tengah pemboman yang sedang berlangsung, menyisakan ratusan warga Gaza gugur dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. “Israel” telah menghancurkan setiap kesempatan warga Gaza menikmati Idul Fitri secara fisik, namun jiwa mereka telah suci, sejak pertama kali bom dijatuhkannya di atas langit Gaza.
“Kristen dan Muslim mungkin merayakan Idul Fitri bersama-sama di sini,” kata Sabreen al-Ziyara, seorang wanita Muslim yang telah bekerja di gereja selama 10 tahun sebagai petugas pembersih.
“Tapi tahun ini itu momen berbuka puasa mejadi pesta para martir,” katanya, mengacu penghormaannya kepada para syuhada.
Kristen Gaza kini telah berkurang jumlahnya menjadi sekitar 1.500 dari populasi Muslim Sunni yang berjumlah 1,7 juta jiwa. Komunitas Kristen telah menyusut karena konflik dan pengangguran.
Mereka mendapatkan hidayah dari ketegaran warga Muslim Gaza. Tetapi pengalaman bersama jatuh di bawah pendudukan telah memupuk rasa persaudaraan antar-agama di Gaza. “Nabi Isa berkata, kasihilah sesamamu, bukan hanya keluarga Anda, tetapi kolega Anda, teman sekelas Anda – Muslim, Hindu, Yahudi,” kata relawan Kristen Tawfiq Khader.
“Kami membuka pintu kami untuk semua orang.” Ini hari ke-20 setelah “Israel” meluncurkan serangan udara telah tanpa henti terhadap Gaza sejak 8 Juli di mana ratusan orang telah tewas dan terluka. Pasukan pendudukan “Israel” memulai invasi darat dari mengepung Gaza, rumah bagi dua juta warga sipil, pada Kamis 17 Juli.
Jumlah korban tewas Palestina dalam serangan “Israel” di Jalur Gaza naik di atas 985, dengan ribuan lainnya luka-luka. Menurut badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA), pemusnah massal skala besar di Gaza telah meninggalkan sekitar 1.255 rumah rusak berat, memaksa puluhan ribu meninggalkan rumah mereka yang terperangkap dalam serangan udara “Israel”.
Idul Fitri adalah salah satu dari dua hari raya Islam utama bersama dengan Idul Adha. Selama Idul Fitri, keluarga dan teman-teman biasanya bertukar hadiah, saling berkunjungan untuk mengekspresikan kebaikan dalam balutan busana rapi, indah dan bersih. Namun di Gaza anak-anak tak dapat mengenakan baju baru untuk Idul Fitri, mereka tak dapat menikmati berkumpul di taman dan padang terbuka.
Mereka beridul fitri beratap langit berpendaran pijar bom meleihi mercon dan kembang api. Maasyaa Allah. adibahasan/arrahmah