PADA tahun 1853, penjelajah Inggris Sir Richard Francis Burton
mengunjungi Mekah. Karena Mekah terlarang bagi non-Muslim, Burton
menyamar sebagai seorang muslim dengan menjalani sunat dan menyamarkan
dirinya sebagai seorang Pashtun.
“Tidak ada yang bisa menyembunyikan seorang Eropa dari rakyat, atau
orang yang setelah ziarah menyatakan dirinya seorang kafir,” tulis
Burton.
Tiga ratus lima puluh tahun sebelumnya, petualang Italia Ludovico di
Varthema menjadi non-Muslim pertama yang memasuki Mekkah. Ludovico
mendaftar sebagai tentara bayaran dan berhasil masuk sebagai Mamluk,
salah satu tentara budak kulit putih dari Kesultanan, yang telah masuk
Islam. Ludovico akhirnya tertangkap sebagai seorang Kristen, namun
melarikan diri setelah hubungan cinta terlarangnya dengan salah satu
istri Sultan.
Kristen lainnya juga terus berusaha mengunjungi Mekah, tetapi selalu
menyamar sebagai Muslim. Joseph Pitts, seorang petugas kabin kapal asal
Inggris, ditangkap oleh pedagang Muslim, mengunjungi Mekah, sebelum
kembali pulang ke negaranya.
Pada tahun 1979, komando Prancis diizinkan masuk ke Mekkah. Solusinya
sederhana. Orang Prancis masuk Islam dengan begitu cepat, entah dengan
dasar apa. Dari dulu sampai sekarang, seorang non-Islam tidak bisa masuk
Mekah, bahkan untuk sekadar masuk ke istana Raja Saudi.
Selama menjabat Kepala CIA di Arab Saudi, John Brennan berbicara soal
kekagumannya akan ibadah haji. Ia, seperti John Pitts atau Komado
Prancis, hanya melakukannya dengan masuk Islam.
John Guandolo, seorang mantan agen FBI dan pakar Islam, menuduh Brennan
sudah masuk Islam di Arab Saudi. Dan ia juga menyatakan bahwa masuk
Islamnya Brennan ini telah dikonfirmasi oleh para pejabat Amerika
lainnya yang berada di Arab Saudi pada saat itu.
Tuduhan Guandolo ini melampaui pertanyaan agama. Sebaliknya ia malah
menyatakan bahwa konversi agama Brenna ini adalah bagian dari proses
perekrutan spionase. Dalam sebuah wawancara dengan Tom Trento of The
West Serikat, katanya, “Mr Brennan tidak masuk Islam ketika ia menjabat
sebagai kapasitas pejabat senior di Arab Saudi. Ia masuk Islam sebagai
hasil dari sebuah operasi kontra-intelijen.”
Uni Soviet merekrut mata-mata dengan meyakinkan mereka tentang kebajikan
Komunisme. Arab Saudi juga mungkin merekrut agen non-Islam dengan
meyakinkan mereka akan nilai Islam. Tentu saja tidak ada yang mengetahui
apa yang ada dalam hati Brennan.
Menurut frontpagemag, masuk Islamnya Brennan seharusnya hanya sepertiga
dari dua titik lainnya bahwa agen FBI itu dianggap tidak layak untuk
bertugas di CIA sebagai direkturnya. Yang pertama adalah bahwa Brennan
telah mengembangkan hubungan dengan Ikhwanul Muslimin. Dan yang kedua
adalah bahwa Brennan mengurangi Perang Melawan Teror Al Qaeda.
Ada jenderal yang tak terhitung jumlahnya dan diplomat yang bersikeras
mengatakan bahwa Bin Laden tidak harus disebut sebagai seorang Muslim
untuk mengurangi pengaruhnya dan bahwa Ikhwanul Muslimin dan Islam
politik lainnya adalah satu-satunya harapan untuk melawan kekerasan
Islamisme yang dibawa oleh Al Qaidah—itupun kalaulah ada. Pertanyaan
mendasarnya adalah apakah disinformasi tersebut tersebar dari
ketidaktahuan, atau dari pengetahuan?
Itu adalah pertanyaan terakhir Guandolo tentang John Brennan.
Jawabannya, hanya petinggi Saudi, Amerika, CIA, Brennan yang tahu kebenarannya.
FRONPAGEMAG | ISLAMPOS