Jumat, 23 Desember 2011 18:53 WIB
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH- Tanggal 26 Desember 2011 ini, genap tujuh tahun musibah gempa dan tsunami melanda Aceh. Peringatan tsunami tahun ini, menjadi kebahagian bagi pasangan Tarmius (42) dan Yusniar (36), warga Lorong Sangkis, Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat ini. Putri kedua pasangan ini bernama Meri Yulanda alias Herawati (16) yang hilang sejak tujuh tahun terakhir, tiba-tiba kembali ke rumah Rabu (21/12/2011) malam lalu. Menurut pengakuan Meri, dirinya diturunkan di kawasan Lueng Aneuk Ayee dekat sebuah mall.
Tarmius dan Yusniar kepada Serambinews.com, Jumat (23/12/2011) di Meulaboh mengatakan dirinya sangat yakin bahwa putri yang ditemukan ini adalah putrinya yang kedua yang sebelumnya hilang selama tujuh tahun terakhir ini.
“Sejak ditemukan pertama saya sempat ragu, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan pada beberapa tanda pada bagian tubuh Meri yakni bagian luka di perut dan tahi lalat di mata, maka saya yakin bahwa Meri merupakan akan kedua saya yang pernah hilang pada musibah tsunami lalu bersama kakaknya bernama Yuli,” ujar Yusniar.
Menurut Yusniar, saat musibah tsunami 26 Desember 2004 lalu, dirinya lari bersama tiga anaknya dan suaminya, lalu Meri dan Yuli diletakkan pada sebuah rumah yang lebih tinggi, sehingga rumah itu dihantam sehingga dirinya berpencar dan tidak pernah jumlah lagi dengan dua anaknya itu. Yakni yang selamat adalah adik dari Meri, bernama Ari yang waktu itu baru berumur 1,5 tahun.
Ia mengatakan, anaknya masih trauma sebab dari pengakuan Meri bahwa selama ini di Banda Aceh dibesarkan oleh seorang perempuan diperlakukan kasar dan sering dipukul serta kepala dibotakkan dan diperkerjakan sebagai pengemis dan meminta-minta di Banda Aceh.
Selasa lalu, Meri melarikan diri hingga sampailah ke Meulaboh.
“Nama dia sebenarnya Meri dan selama ini diganti nama oleh perempuan yang membesarkan dia itu dengan nama Herawati,” sebut Yusniar.
Meri yang coba ditanyai seputar hilang dirinya masih belum dapat diajak bicara banyak karena masih trauma terhadap musibah yang pernah melanda dirinya, selain tsunami, selama ini dirinya di Banda Aceh dibesarkan oleh seseorang wanita bernama Patimah Syam, warga Kajhu, Aceh Besar.
“Saya di sana disuruh jadi pengemis dan sering dipukul,” ujar Meri dengan nada terbata-bata.
Ia hanya menyampaikan bahwa dirinya sudah lama ingin pulang ke Ujong Baroh, Meulaboh, akan tetapi selama ini disekap dan diberikan makan tidak teratur. Meri mengaku tidak disekolahkan serta tidak juga diberikan pengajian.
“Tidak ngaji dan tidak sekolah juga, saya hanya disuruh cari uang, jumlahnya tidak tahu,” ungkap Meri.(*)
Editor : arif
sumber
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...