[ 31/12/2011 - 03:37 ]
Ramallah – PIP: Bertahun-tahun usia habis dalam kesepian. Harapan hidup menjadi penderitaan tersendiri bagi tawanan Palestina di penjara Israel. Hari-hari pun diwarnai oleh berbagai macam penyiksaan yang penuh dengan kebencian dan rasisme.
Tawanan Mahmud Isa menghabisnya 13 tahun dalam penjara isolasi. Beberapa hari lalu, Israel memperpanjang vonis isolasinya di penjara Jalbu. Tawanan Hamud Aridah juga diisolasi selama 6 bulan.
Mahmud Isa Kuasa menyatakan kepada hukumnya ketika menjenguknya di penjara Jalbu, “Puncak penderitaan bagi tawanan terisolasi adalah ketika ia harus diambil dari kawan-kawannya satu sel dan dipindahkan ke tahanan gila atau pelaku kriminal.”
Ia menambahkan, kadang tawanan yang diisolasi bersama tahanan kriminal dan gila itu berteriak selama 1 jam atau menggedor-gedor pintu. Satu jam kemudian mereka saling umpat dengan kata-kata yang sangat kasar. Satu jam lagi mereka mencerca para sipir. Kemudian sipir membalas umpatan. Sementara lain waktu mereka mencela tuhan dan semua tempat suci. Siang malam kemudian tawanan Palestina harus bergelut dengan suasana seperti itu. Sang tawanan Palestina harus bertahan dalam kondisi seperti dan menyesuaikan diri.
Bukan hanya di situ, dinas penjara tidak segan-segan mengekang tawanan Palestina. Mereka dilarang dijenguk, diperiksa selama berjam-jam, tidak diberi hak dasarnya, diberi makanan busuk. Setiap hari harus ada protes atas makanan rusak itu.
Sementara persediaan kantin sangat sedikit.
Meski demikian kata Isa, kondisi seperti itu tidak menciutkan semangat tawanan Palestina dan tidak terpengaruh dengan kondisi seperti itu.
Selain itu tawanan Palestina hanya diberi kesempatan membaca empat buku selama empat bulan. Tidak ada bantuan, tidak ada surat dari keluarga atau kiriman lainya. Bahkan tidak ada kunjungan dan kontak telepon. Semua terjadi karena tidak diizinkan Israel.
Di tengah kondisi buruk seperti kadang menghilangkan harapan. Namun tawanan Palestina tetap berusaha berharap bisa bebas.
“Kami sebagai tawanan Palestina merasa ada keteledoran dari saudaranya kami di luar penjara. Seakan tidak ada upaya untuk memperjuangkan nasib kami dan menyelesaikan masalah kami. Manakah tanggungjawab para pemimpin organisai pembela HAM di luar sana? Apalagi semenjak deal pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel soal pembebasan Shalith. Sejak itu kondisi kami semakin buruk di penjara karena Israel mendedam kepada kita.” Tegas Isa.
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...