BANDA ACEH - Muhammad Nazar (20), warga Gampong Batoh, Kecamatan Luengbata, Banda Aceh, yang didapati oleh personil Wilayatul Hisbah (WH) Banda Aceh, duduk berduaan di sadel sepmor, langsung ditegur pihak WH. Bukannya menerima teguran, anak muda itu malah memaki-maki. Petugas yang kesal akhirnya mendaratkan pukulan. Eh...kasus ini malah bermuara ke polisi.
Muhammad Nazar yang berstatus mahasiswa itu melaporkan kasus pemukulan dirinya ke aparat kepolisian Luengbata dengan nomor TBT/03/I/2012/Sek Bata.
Menanggapi peristiwa itu Kasatpol PP dan WH Kota Banda Aceh Fadhil SSos, mengatakan, pihaqknya akan segera membuat pengaduan serupa ke polisi, karena Muhammad Nazar melakukan penghinaan dan memaki maki personil WH yang sedang bertugas menegakkan syariat. “Kalau memang korban melaporkan anggota saya. Maka kami juga akan melaporkan korban, karena telah menghina institusi Satpol PP dan WH,” kata Fadhil yang dihubungi Prohaba, Rabu (25/1) siang.
Berdasarkan keterangan Nazar yang datang ke Mabes Prohaba didampingi seorang wanita yang mengaku bernama Yanti yang disebut sebut bukan muhrimnya, serta juga ikut didampingi seorang lelaki yang diakui sebagai abang sepupu bernama Taufik, Selasa (24/1) malam, pemukulan yang menimpa dirinya itu terjadi sekira pukul 10.00 WIB.
Pagi itu sebutnya ia bersama Yanti berhenti di pinggir jalan (masih sekitar Jalan Kampus Muhammadiyah) sambil melihat abang sepupunya bernama Mus, tengah menjaring ikan di rawa-rawa kawasan itu. Tak lama berdiri di sana, sebuah mobil patroli WH pun melintas di jalan itu dan berpapasan dengan kedua remaja itu yang duduk berdempetan di atas jok sepeda motor. “Kami disuruh pergi. Karena saya merasa tidak berbuat apa-apa dan hanya melihat abang saya menjaring ikan saat itu, makanya saya tidak peduli. Tapi, mereka terus mendesak saya untuk pergi,” kata Nazar.
Anehnya waktu datang ke Mabes Prohaba, Muhammad Nazar tak membawa penjaring ikan Mus yang diakui sebagai abang sepupu. Walaupun lelaki itu seharusnya yang menjadi saksi dalam insiden tersebut.
Nazar mengaku karena merasa kesal, sehingga terlontarlah kata-kata makian dari mulutnya dan dirinya tidak menyadari kalau petugas tersebut akan berbalik dan mengejar dirinya. “Memang saya ada keluarkan kata-kata ‘anjing kalian WH’. Tak lama setelah itu, kami pun pergi. Saya enggak tahu, kalau ternyata mereka mengejar saya sampai ke depan rumah dan langsung memukul saya. Untung ada sejumlah ibu-ibu di sana yang meleraikannya,” ungkap Nazar.
Menanggapi peristiwa itu Kasatpol PP dan WH Kota Banda Aceh Fadhil SSos , mengaku dirinya sudah mendapat kabar itu dari anggotannya yang melaksanakan patroli pagi itu. Menurut Fadhil, pascakejadian itu petugas dan seorang wanita yang diyakini ibu kandung korban telah sepakat mendamaikan kasus tersebut. “Kalau memang korban melaporkan anggota saya. Maka kami juga akan melaporkan korban, karena telah menghina institusi Satpol PP dan WH,” kata Fadhil yang dihubungi Prohaba, Rabu (25/1) siang.
Fadhil menjelaskan petugas WH yang tengah melaksanakan patroli rutin ke kawasan itu berpapasan dengan sepasang remaja yang ditemukan duduk bermesraan di atas sepeda motor mereka yang terparkir di pinggir jalan.
Ia mengungkapkan sangat wajar kalau petugas WH yang ditunjuk sebagai aparat penegak Syariat Islam di Kota Banda Aceh, menegur remaja itu. Apalagi sebutnya keduanya terlihat duduk bermesraan di atas sepeda motornya. “Ketika petugas meminta mereka pergi, bukan respon baik yang diterima, tapi malah petugas kami dihina dan dimaki. Dan itu bukan sekali diucapkan oleh remaja itu,” katanya.(mir)
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...