BANDA ACEH - Setelah sembuh dari keluhan sakit perut dan sempat masuk ICCU RSU Zainoel Abidin, Gubernur Aceh Zaini Abdullah bersama istri dan anggota rombongan lainnya, termasuk Ketua DPRA Hasbi Abdullah, Minggu (25/5) pukul 11.00 WIB terbang ke empat negara Eropa serta Uni Emirat Arab (UEA) dan akan berada di luar negeri hingga 11 Juni mendatang.
Gubernur Aceh yang ditemui Serambi di ruang tunggu VIP Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, mengatakan, misinya ke sejumlah negara Eropa dan UEA untuk meyakinkan kembali investor asing agar mau menanamkan modal di Aceh.
Sejumlah pejabat teras Aceh, di antaranya Sekda Dermawan MM, Kepala Dinas Kesehatan dr Taqwallah, Direktur RSUZA dr Syahrul, Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Drs Zulkarnaen, Kepala Dinas Keuangan Jamaluddin, Kepala Biro Umum Drs Mustafa, Sekretaris Baitul Mal Bustami Hamzah ikut mengantar keberangkatan Gubernur Zaini bersama sang istri.
Informasi dari pihak Dinas Investasi dan Promosi Aceh, Gubernur bersama rombongan baru akan terbang ke Dubai dari Jakarta pada Minggu malam pukul 24.00 WIB.
Direktur RSUZA Banda Aceh, dr Syahrul yang dimintai penjelasannya mengenai kondisi kesehatan gubernur mengatakan, sejak ke luar dari rumah sakit, Jumat (23/5) siang, kondisi kesehatan gubernur sudah normal kembali. Penyebab sakit gubernur, menurut Syahrul karena salah atau tak tepat mengonsumsi satu menu makanan sehingga mual dan muntah-muntah.
Gubernur Zaini mengakui kondisi kesehatannya sudah normal dan perjalanannya ke luar negeri kali ini bukan untuk melanjutkan berobat tapi untuk misi menarik investor. “Saya berangkat karena tim dokter menyatakan sakit perut saya sudah sembuh 100 persen,” ujarnya.
Menurut Zaini, perjalanannya ke luar negeri kali ini selain didampingi istrinya juga Ketua DPRA Drs Hasbi Abdullah, Kepala Dinas Investasi dan Promosi Aceh Ir Iskandar MSc dan pejabat dinas terkait lainnya.
Sasaran pertama yang dikunjungi adalah negara-negara di UEA dengan target bertemu dengan pihak Mubala Invesment, yaitu BUMN-nya Abudabi. Di sini akan dibahas rencana investasi dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi migas lepas pantai di wilayah Andaman dan investasi energi terbarukan.
Pertemuan selanjutnya dengan CEO Dubai Port dalam rangka kerja sama operator Pelabuhan Bebas Sabang. Berikutnya dengan Gubernur Istanbul, Turki membahas kerja sama sister provinsi dan pelabuhan.
Juga akan dilakukan pertemuan dengan Group Hemin Hetay tentang investasi geothermal (panas bumi) di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Gayo Lues.
Iskandar juga menyebutkan, Gubernur juga akan bertemu dengan pihak KFW Jerman yang telah berjanji memberikan pinjaman lunak kepada Pemerintah Aceh senilai Rp 1,6 triliun untuk pembangunan lima rumah sakit regional (Bireuen, Langsa, Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Aceh Selatan), revitalisasi serta relokasi dan rehabilitasi 11 rumah sakit kabupaten/kota. Kecuali itu masih ada tiga RSU lagi, yaitu peningkatan fasilitas RSUZA, Rumah Sakit Jiwa, dan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).
Selain masalah rumah sakit, pertemuan dengan pihak KFW Jerman juga untuk membahas kelanjutan pembangunan geothermal Seulawah dan pembangunann sektor kehutanan di lokasi Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) melalui Kementerian Kehutanan.
Terakhir, pertemuan dengan sebuah perusahaan pabrik kertas Sveaskop di Swedia. Misi pertemuan itu untuk melakukan kerja sama mengoperasionalkan kembali pabrik Kertas Kraf Aceh (KKA) atau membangun pabrik kertas baru, kerja sama bidang hutan tanaman industri, city green energi, dan lainnya.
Lebih lanjut Kepala Dinas Investasi dan Promosi Aceh, Iskandar memastikan kunjungan kerja Gubernur dan rombongan ke negara-negara Eropa dan UEA bukan untuk pelancongan. “Lembaga-lembaga yang menjadi sasaran kunjungan adalah lembaga atau perusahaan yang telah pernah datang dan ingin berinvestasi di Aceh,” kata Iskandar.
Dikatakan Iskandar, Pemerintah Aceh perlu melakukan kunjungan balasan untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Pemerintah Aceh siap menerima investasi mereka. “Sekali atau dua kali belum cukup, tapi harus tiga atau empat kali, sampai mereka benar-benar merasa aman dan nyaman serta yakin untuk berinventasi di Aceh,” demikian Iskandar.(her)TRIBUN