Petugas menurunkan jenazah korban tenggelam kapal di Malaysia, yang tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Aceh Besar, Minggu (22/6/2014). SERAMBI/BUDI FATRIA |
BANDA ACEH - Pemulangan jasad sepuluh migran Aceh yang tenggelam dalam tragedi karamnya kapal kayu Kelanang, Rabu (18/6) dini hari di perairan Selangor, Malaysia, berlangsung sesuai jadwal pada Minggu (22/6) kemarin. Delapan jenazah didaratkan melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang, Aceh Besar, dua lagi melalui Bandara Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara.
Acara penyambutan jenazah asal Aceh di Bandara SIM kemarin diawali dengan laporan Kepala Biro Humas Setda Aceh, Murthalamuddin, dilanjutkan dengan arahan Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah. Hadir juga Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar, Sekda Aceh Dermawan, dan Wakil Ketua I DPRA Muhammad Tanwier Mahdi.
Sejumlah Kepala Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) juga hadir, seperti Kepala Dinas Syariat Islam Prof Dr Syahrizal Abbas, Kepala Dinas Keuangan Aceh Jamaluddin, Kepala Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh Muhammad, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Said Ikhsan, Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Aceh Nasir Zalba, Kepala Biro Isra Ilyas Nyak Tui, dan lainnya.
Pemerintah Aceh, kata Zaini Abdullah, sangat prihatin atas kejadian ini. Itu sebab, begitu mendapat informasi tentang musibah tersebut Rabu (18/6) lalu, paginya Gubernur Zaini langsung memerintahkan Kepala Dinas Sosial Aceh, Drs Bukhari AKS dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPBA) Aceh, Drs Said Rasul untuk terbang ke Selangor, Malaysia, mengurus warga Aceh yang meninggal maupun yang selamat dalam tragedi kapal tenggelam itu untuk segera dipulangkan ke Aceh.
Selain itu, kata Gubernur Zaini, ia juga memerintahkan Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh untuk segera membuka posko pengaduan keluarga korban di biro tersebut. Berdasarkan data yang diterima posko tersebut, 61 warga Aceh yang ikut karam bersama kapal Kelanang, ditemukan hidup. Tapi semua mereka masih ditahan di Kepolisian Selangor, Malaysia.
Seusai menyampaikan sambutan dan pernyataan belasungkawa, Gubernur Zaini bersama Wali Nanggroe, Sekda Aceh, dan Wakil Ketua DPRA Muhammad Tanwir Mahdi, mendatangi delapan orang keluarga korban yang akan menerima jenazah korban.
Tiap kali menyalami keluarga korban, Gubernur Zaini menyerahkan uang duka Rp 5 juta untuk setiap korban yang meninggal.
Kemudian, Gubernur Zaini melepas satu per satu mobil ambulans yang mengangkut delapan jenazah ke kampung halamannya masing-masing. Wakil Ketua DPRA, Muhammad Tanwir Mahdi mengajak semua pihak menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran yang sangat berharga, terutama bagi warga Aceh lainnya yang ingin pulang kampung setelah mencari kerja di luar negeri.
“Kalau ingin pulang dari perantauan, hindarilah jalur ilegal. Keselamatan harusnya lebih diutamakan, jangan mengambil jalan pintas, yang akhirnya membuat keluarga di Aceh jadi berduka,” ujar Tanwier.
Dari Medan dilaporkan, jenazah Zuwariah (20) dan Abdul Rahman (37) asal Aceh Timur tiba pukul 09.30 WIB di Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, menggunakan Malaysia Airlines MH 860.
Selanjutnya, jenazah Zuwariah dibawa keluarga ke kampung halamannya di Desa Meunasah Puuk, Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur. Sedangkan jenazah Abdul Rahmad dipulangkan ke Dusun Ingin Jaya, Desa Payademam, Kecamatan Peutmadat, Aceh Timur.
Sementara itu, jenazah Iskandar yang tiba melalui Bandara SIM Blangbintang,kemarin, kemudian dibawa ke kampungnya di Rambot Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie, dan dikebumikan di sana.
Iskandar memiliki istri bernama Anisah (32) dan seorang anak Nuzulul Fikri (11), di Gampong Rambot Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie. Iskandar merupakan satu dari 97 penumpang kapal kayu Kelanang tujuan Tanjung Balai, Asahan, Sumut dari Selangor, Malaysia. Baru satu jam perjalanan dari distrik Sepang, sebelah selatan Kuala Lumpur, kapal itu tiba-tiba karam. Sedikitnya 14 orang terdeteksi meninggal, sebagiannya warga Aceh yang hendak merayakan meugang puasa Ramadhan di Aceh.
Penyebab karamnya kapal itu masih misteri. Namun, mulai mencuat isu bahwa kapal itu ditembaki oleh petugas bea cukai (custom) setempat karena berlayar ilegal pada dini hari dan tak mau berhenti ketika disetop petugas. Tapi isu ini belum terkonfirmasi ke pejabat berwenang di Selangor.*tribun