KOMPAS.com - Menjadi orang tua adalah peran yang penuh kebahagiaan, tapi penuh tanggung jawab. Peran yang tidak mudah ini juga sering kali berhadapan dengan kondisi yang dilematis. Apakah kita ingin menjadi orangtua yang otoriter atau permisif? Karena sebenarnya untuk membentuk karakter anak diperlukan keseimbangan ketegasan, disiplin, rendah hati, dan berpikiran positif. Semua ini bisa diwujudkan dengan komunikasi yang terbuka antara anak dengan orang tua.
Kadang-kadang, komunikasi antara ayah dengan anak perempuan memiliki friksi tersendiri. Padahal ayah adalah karakter pria pertama yang dikenali anak perempuan. Bagaimana nantinya anak perempuan mendefinisikan pria, pembelajaran pertamanya didapat dari ayah. Pola interaksi yang terjadi antara ayah dengan anak perempuan ini akan membentuk anak perempuan kita menjadi perempuan yang percaya diri, berkarakter, dan berani membuat pilihan terutama ketika tiba waktunya memilih pasangan hidup.
Meski tak ada rumus baku untuk menciptakan hubungan ayah dengan anak perempuan yang harmonis, karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda, simak bahasa cinta yang bisa membuat anak perempuan kita memiliki karakter yang lebih matang.
1. Perlakukan anak perempuan kita sesuai dengan usianya, karena tak selamanya dia menjadi putri kecil kesayangan. Jika kita terus menganggapnya seperti anak kecil atau putri kecil, maka dia tidak akan pernah benar-benar menjadi pribadi yang matang. Biarkan anak perempuan kita tumbuh sesuai umurnya dan menghadapi segala tanggung jawab yang memang sudah harus diterima. Dengan demikian dia akan merasa dihargai dan menghargai dirinya sendiri.
2. Berbicaralah dengan terbuka, jangan hanya mendengarkan tapi cobalah mengerti apa yang diinginkannya. Jangan bicara dengan nada memerintah, karena bukan itu satu-satunya cara membuat kita berwibawa. Lagipula gaya bicara yang keras atau dengan nada memerintah tidak akan membuat anak menyimpan pesan yang kita sampaikan dalam waktu lama, serta membuatnya tidak percaya diri. Sampaikan pendapat dengan tenang dan ajak mereka masuk dalam penjelasan rasional yang kita berikan. Sehingga mereka tidak merasa dihambat atau dilarang.
3. Biarkan anak perempuan kita menjadi pribadi yang mandiri. Pribadi yang memutuskan sesuatu berdasarkan kesadaran diri bukan karena impulsivitas semata. Ayah boleh saja memberikan opini, tapi bukan berarti memaksa anak agar mengikuti keinginannya. Karena tanpa disadari, ketika anak berani memilih maka dia akan berani bertanggung jawab atas pilihannya.
4. Ayah perlu menunjukkan bahwa ia selalu menghormati perempuan. Caranya, dengan memperlakukan isteri, ibu, atau saudara perempuannya dengan hormat. Dengan begitu anak perempuan kita akan memilih pendamping yang memang menghargai perempuan, tidak sekadar cinta buta.
5. Jangan segan untuk mengekspresikan cinta pada anak perempuan. Merasakan cinta yang tulus dari ayah, akan membuat anak perempuan merasa aman dan percaya pada kita sebagai orangtua serta teman. Ini yang kemudian secara alami membentuk interaksi yang hangat antara ayah dan anak perempuan.
6. Ajari anak perempuan kita akan prinsip diri. Kita tidak akan bisa 24 jam penuh mendampingi anak perempuan kita, maka bekali mereka dengan prinsip diri yang kuat. Dengan begitu, mereka tidak akan mudah diperdaya oleh iming-iming teman-temannya. Anak perempuan kita pun semakin menjadi perempuan yang matang dengan prinsip hidup yang kuat.
Di saat anak kita memiliki konsep dan interaksi hubungan yang baik dengan ayahnya, ini akan ditularkan pada anak-anaknya kelak. Inilah warisan yang akan selalu berharga sepanjang generasi.
(Prevention Indonesia Online/Siagian Priska)
Kadang-kadang, komunikasi antara ayah dengan anak perempuan memiliki friksi tersendiri. Padahal ayah adalah karakter pria pertama yang dikenali anak perempuan. Bagaimana nantinya anak perempuan mendefinisikan pria, pembelajaran pertamanya didapat dari ayah. Pola interaksi yang terjadi antara ayah dengan anak perempuan ini akan membentuk anak perempuan kita menjadi perempuan yang percaya diri, berkarakter, dan berani membuat pilihan terutama ketika tiba waktunya memilih pasangan hidup.
Meski tak ada rumus baku untuk menciptakan hubungan ayah dengan anak perempuan yang harmonis, karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda, simak bahasa cinta yang bisa membuat anak perempuan kita memiliki karakter yang lebih matang.
1. Perlakukan anak perempuan kita sesuai dengan usianya, karena tak selamanya dia menjadi putri kecil kesayangan. Jika kita terus menganggapnya seperti anak kecil atau putri kecil, maka dia tidak akan pernah benar-benar menjadi pribadi yang matang. Biarkan anak perempuan kita tumbuh sesuai umurnya dan menghadapi segala tanggung jawab yang memang sudah harus diterima. Dengan demikian dia akan merasa dihargai dan menghargai dirinya sendiri.
2. Berbicaralah dengan terbuka, jangan hanya mendengarkan tapi cobalah mengerti apa yang diinginkannya. Jangan bicara dengan nada memerintah, karena bukan itu satu-satunya cara membuat kita berwibawa. Lagipula gaya bicara yang keras atau dengan nada memerintah tidak akan membuat anak menyimpan pesan yang kita sampaikan dalam waktu lama, serta membuatnya tidak percaya diri. Sampaikan pendapat dengan tenang dan ajak mereka masuk dalam penjelasan rasional yang kita berikan. Sehingga mereka tidak merasa dihambat atau dilarang.
3. Biarkan anak perempuan kita menjadi pribadi yang mandiri. Pribadi yang memutuskan sesuatu berdasarkan kesadaran diri bukan karena impulsivitas semata. Ayah boleh saja memberikan opini, tapi bukan berarti memaksa anak agar mengikuti keinginannya. Karena tanpa disadari, ketika anak berani memilih maka dia akan berani bertanggung jawab atas pilihannya.
4. Ayah perlu menunjukkan bahwa ia selalu menghormati perempuan. Caranya, dengan memperlakukan isteri, ibu, atau saudara perempuannya dengan hormat. Dengan begitu anak perempuan kita akan memilih pendamping yang memang menghargai perempuan, tidak sekadar cinta buta.
5. Jangan segan untuk mengekspresikan cinta pada anak perempuan. Merasakan cinta yang tulus dari ayah, akan membuat anak perempuan merasa aman dan percaya pada kita sebagai orangtua serta teman. Ini yang kemudian secara alami membentuk interaksi yang hangat antara ayah dan anak perempuan.
6. Ajari anak perempuan kita akan prinsip diri. Kita tidak akan bisa 24 jam penuh mendampingi anak perempuan kita, maka bekali mereka dengan prinsip diri yang kuat. Dengan begitu, mereka tidak akan mudah diperdaya oleh iming-iming teman-temannya. Anak perempuan kita pun semakin menjadi perempuan yang matang dengan prinsip hidup yang kuat.
Di saat anak kita memiliki konsep dan interaksi hubungan yang baik dengan ayahnya, ini akan ditularkan pada anak-anaknya kelak. Inilah warisan yang akan selalu berharga sepanjang generasi.
(Prevention Indonesia Online/Siagian Priska)
0 comments:
Post a Comment
komentar anda...