brat ipoh :D

Latest News

Palestina: Akar Masalah Dan Solusinya (1)


«عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقاَتِلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْيَهُوْدَ، فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ، حَتَّى يَخْتَبِيْءَ الْيَهُوْدِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُوْلُ الْحَجَرُ وَالشَّجَرُ: يَا مُسْلِمَ… يَا عَبْدَ اللهِ… هَذاَ يَهُوْدِيٌّ خَلْفِيْ، فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ»
[رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, “Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslim memerangi Yahudi, kemudian kaum muslimin memerangi mereka sampai akhirnya orang-orang Yahudi (berlarian) berlindung di balik batu dan pepohonan. Lalu batu dan pepohonan itu berkata, “Wahai muslim…wahai hamba Allah…Ini, ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemari, dan bunuhlah dia.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Pendahuluan
Dalam konteks sejarah, tidak ada persoalan yang memerlukan kajian, diskusi, dan telaah intens, layaknya persoalan Palestina.  Tidak ada persoalan yang sedemikian kompleks dan kacau seperti halnya persoalan Palestina.  Bahkan, di dalam sejarah dunia, tidak ada krisis yang bermunculan kecuali bisa dipecahkan, baik persoalan itu sulit maupun mudah, kecuali persoalan Palestina.
Amat banyak buku-buku yang mengkaji dan membahas masalah Palestina;  pembentukan berbagai forum diskusi; penyelenggaraan berbagai muktamar; penyebaran berbagai macam makalah, serta publikasi berbagai seruan, baik oleh pihak muslim, Yahudi, serta pihak lain.  Semua pihak berusaha mengupas persoalan ini, baik sebab-sebabnya, maupun cara penyelesaiannya.  Forum-forum diskusi, propaganda-propaganda, dan kajian-kajian tentang persoalan Palestina, seakan-akan telah mengalahkan persoalan-persoalan lain.
Dari sisi kompleksitas dan kacaunya akibat persoalan ini; persoalan Palestina telah menimbulkan banyak kekeliruan yang amat fatal;
  • Kesalahan dalam menggambarkan sejauh mana urgensitas persoalan ini. Mereka menganggap bahwa persoalan Palestina adalah persoalan kaum muslimin yang harus mendapat prioritas pertama untuk diselesaikan. Sebab, persoalan Palestina dianggap sebagai persoalan utama kaum muslimin. Kesalahan ini diakibatkan karena, sebagian kaum muslimin menganggap persoalan Palestina adalah persoalan terpenting  dari sekian banyak persoalan yang dihadapi oleh kaum muslimin. Padahal persoalan Palestina bukanlah persoalan utama.
  • Kesalahan dalam meletakkan cakupan persoalan  Palestina. Ada pihak yang menyatakan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan bangsa Arab.  Ini adalah kekeliruan yang sangat besar. Ada pula orang yang berpendapat bahwa persoalan Palestina merupakan persoalan khusus bagi orang-orang Palestina saja. Ini juga sangat keliru. Di lain pihak ada orang yang menyatakan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan negara-negara terkait, atau menjadi persoalan Timur Tengah.   Inipun pendapat yang sangat salah.
  • Kesalahan dalam mendeskripsikan fakta mengenai persoalan ini. Mulai dari deksripsi yang menyatakan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan bangsa yang terusir, yang harus dikembalikan ke tanah mereka, diganti  atau ditempatkan di tempat-tempat lain. Ini adalah kesalahan yang sangat besar. Ada pula yang mendeskripsikan bahwa persoalan Palestina tidak lain hanyalah persoalan kemanusiaan. Ini juga kesalahan yang sangat fatal. Termasuk deskripsi yang menggambarkan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan pertarungan untuk survive.  Pendapat ini juga sangat keliru.
  • Kesalahan dalam penyebutan persoalan ini.  Mass media Barat setelah peristiwa peperangan bulan Juni, telah memberikan label baru pada persoalan Palestina. Dahulu mereka menyebut persoalan Palestina sebagai “Krisis Timur Tengah”.  Sebagaimana biasa, mass media Arab kemudian melansir istilah baru ini berulang-ulang, seakan-akan persoalan Palestina adalah kemelut antara negara-negara Arab dan Israel pada batas-batas tertentu.  Sebutan ini kemudian dideskripsikan dengan, bahwa persoalan Palestina adalah persoalan kemelut antara negara-negara besar, yang terlibat (turut campur) di kawasan Timur Tengah.  Pandangan ini juga keliru. Sebenarnya, sebutan yang tepat untuk persoalan ini adalah Persoalan Palestina, bukan persoalan Timur Tengah atau persoalan melenyapkan pengaruh pihak musuh !
Faktor terpenting yang turut membantu memunculkan kesalahan-kesalahan tersebut adalah adanya kerancuan di antara aspek-aspek di atas. Kerancuan ini dimunculkan untuk menonjolkan satu sisi, dan menjauhkan sisi yang lain, agar publik terpaling dari pemecahan yang benar. Dilihat dari upaya untuk memecahkan persoalan ini, dibandingkan dengan masalah Vietnam, keamanan Eropa serta masalah penghapusan penjajahan, maka solusi persoalan-persoalan tersebut berhasil ditempuh melalui berbagai perundingan, diplomasi,  atau dengan agresi militer.  Akan tetapi,  persoalan yang sejauh ini pemecahannya sangat sulit, adalah persoalan Palestina !
Orang yang mengkaji secara mendalam persoalan Palestina, akan mendapatkan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan tanah Islam yang telah dirampas.  Ia juga akan memahami, bahwa persoalan Palestina  adalah persoalan penting bagi seluruh kaum muslimin, bukan hanya milik orang-orang Arab atau Palestina saja.  Persoalan Palestina bukanlah sekedar persoalan bangsa terusir yang harus kembali ke negerinya, diganti, atau ditempatkan (di wilayah lain), atau sekedar masalah pembagian wilayah itu bagi dua belah pihak yang bersengketa.  Begitu pula persoalan Palestina bukan persoalan pertarungan kelas untuk survive, layaknya kelas buruh yang didominasi oleh penguasa. Tambahan lagi dipandang seperti pertarungan tersembunyi yang menempatkan buruh-buruh Palestina dan Yahudi di bawah hegemoni negara Sosialis internasional, setelah berhasil mengalahkan kaum borjuis Arab atau Yahudi !  Memang benar, persoalan Palestina adalah persoalan tanah Islam yang telah dirampas. Faktanya tidak berbeda jauh dengan persoalan Andalusia, Macedonia, Yugoslavia, Tashkent, Afghanistan, Kashmir, Ethiopia, Cyprus, Sicilia, India, Libanon, atau Albania.  Wilayah-wilayah itu seluruhnya adalah tanah Islam, yang dirampas oleh kaum Salibis, Sosialis, Budhis, Romawi, atau Yahudi.   Oleh karena itu, jika sebagian publik menolak penyamaan persoalan Palestina dengan persoalan Andalus, dengan alasan sudah kadaluwarsa. Juga adanya anggapan bahwa Andalus asalnya bukan milik kaum muslim, tetapi wilayah ini ditaklukkan oleh kaum muslimin melalui futuhat. Kelompok ini kelak akan melupakan persoalan Palestina seiring dengan berlalunya zaman, atau karena Palestina asalnya adalah bumi asing, yang ditaklukkan melalui futuhat pada masa khalifah ‘Umar bin Khaththab.
Penyair Ahmad Syauqiy, mendendangkan sebuah sya’ir tentang Macedonia,
Wahai kawan Andalus, Selamat Atasmu
Khilafah dan Islam telah meninggalkanmu 
Maka, jika persoalan Andalus dan Macedonia dilupakan, maka kelak persoalan Palestinapun akan bernasib sama sebagaimana saudaranya, Andalus, akan lebih dilupakan.  Hal ini mungkin terjadi apabila anggapan di atas menjadi pandangan baru yang mendominasi kaum muslimin. Solusi mereka terhadap persoalan Palestina, tak lebih  sebagaimana yang menimpa Andalus sekarang.  Sebenarnya, persoalan-persoalan tempo dahulu adalah persoalan utama, yang solusi syar’iynya mengharuskan adanya perang.  Akan tetapi persoalan-persoalan tersebut tidak boleh dianggap sebagai persoalan utama umat Islam.  Sebab, kaum muslimin juga menghadapi problem-problem lain. Misalnya problem keterbelakangan, marginalisasi, problem keluarga, dan juga problem-problem lain yang dihadapi kaum muslimin. Persoalan-persoalan itu juga memerlukan pemecahan.
Yang menjadikan salah satu dari persoalan-persoalan di atas tidak bisa dianggap sebagai persoalan utama adalah, bahwasanya solusi terhadap salah satu dari persoalan-persoalan tersebut bukanlah pemecahan tuntas. Suatu persoalan dianggap sebagai persoalan utama, tatkala solusi terhadap persoalan itu berujud pemecahan sinergis yang dapat memecahkan persoalan-persoalan lain, setelah persoalan utama tadi berhasil dipecahkan. Jadi, suatu persoalan bisa dianggap sebagai persoalan utama, apabila pemecahan terhadap persoalan tersebut bersifat tuntas.  Misalnya, jika suatu negeri menolak penerapan sistem hukum Islam, maka kaum muslimin harus tetap berupaya untuk menerapkan sistem hukum Islam di wilayah tersebut.  Jika persoalan utama tadi berhasil dipecahkan, maka persoalan-persoalan cabangnya secara otomatis akan terselesaikan juga.
Apabila kita ingin menyusun suatu persoalan dari sisi urut-urutan prioritasnya, maka dapat kita simpulkan bahwa persoalan utama bagi kaum muslimin adalah, mengembalikan kekuasaan Islam, atau merujuk kepada sistem hukum Islam.  Persoalan-persoalan lain dianggap sebagai pemikiran cabang jika dinisbahkan kepada persoalan utama ini, meskipun seluruh persoalan cabang tersebut harus diselesaikan juga berdasarkan sistem hukum Islam.
Dinukil dari buku:  Iyad Hilal, Qadliyyatu Falesthiin, al-judzuur wa al-hall. Terbitan Daar an-Nahdlah al-Islamiyah (1993)
islampos.com
no image
  • Open ID Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

komentar anda...

Top